Lucio Phenomenon pada Penyakit Hansen: Sebuah Kasus yang Terabaikan

Authors

  • Dwiana Savitri Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin, Indonesia.

DOI:

https://doi.org/10.38035/jim.v4i2.902

Keywords:

Fenomena Lucio, kusta Lucio, reaksi kusta

Abstract

Diagnosis kusta Lucio sulit dilakukan karena manifestasi pada kulit tidak khas, sehingga pasien sering datang ketika kondisinya sudah parah disertai dengan fenomena Lucio. Seorang pria berusia 25 tahun, mengeluhkan bercak hitam dan luka disertai lepuh yang pecah tersebar di sekujur tubuh sejak 4 hari terakhir.  Riwayat penggunaan obat steroid jangka panjang untuk keluhan kaki yang sering bengkak dan nyeri lama kelamaan wajah terasa bengkak dan bulat serta timbul guratan-guratan di perut. Riwayat mengonsumsi obat MDT selama 1 tahun. Pemeriksaan dermatologis diperoleh, makula purpura dengan area ulserasi yang besar dan banyak, dengan batas tidak beraturan dan sudut tajam, di daerah ekstremitas bawah disertai erosi, sebagian ditutupi dengan jaringan nekrotik kehitaman dengan luas permukaan tubuh mencapai 40%. Pemeriksaan slit smear apusan kulit menemukan bakteri tahan asam dengan indeks bakteri +6 dan indeks morfologi 1%. Sementara pada perwarnaan Ziehl Neelsen ditemukan bakteri tahan asam dalam jumlah besar, tersebar di area dermis, dan sebagian mencapai endotelium pembuluh darah mendukung gambaran fenomena Lucio. Pasien mengalami lekositosis dan kenaikan gula darah, karena keluhan nyeri sendi, pasien dirawat di departemen Penyakit Dalam dengan diagnosis radang sendi dan tidak pernah berkonsultasi dengan dermatologist. Fenomena Lucio adalah reaksi kusta parah yang sulit dikenali dengan manifestasi klinis berupa lesi kulit necrotizing erythema, terutama pada ekstremitas. Pengetahuan tentang penyakit morbus Hansen dengan fenomena lucio masih terbatas,ini merupakan kendala utama yang sering ditemui pada saat penatalaksanaan, sehingga terjadi misdiagnosis seperti pada kasus ini. Terapi multidrug untuk kusta multibasiler (MDT-MB) menurut rejimen WHO adalah terapi utama yang dapat  dikombinasikan dengan kortikostroid sistemik.

References

Deps, P. D., et al. (2004). Lucio’s phenomenon: A case report and review of the literature. Leprosy Review, 75(4), 389–395

Frade MAC, Coltro PS, Filho FB, Horácio GS, Neto AA, da Silva VZ, et al. Lucio’s phenomenon: A systematic literature review of definition, clinical features, histopathogenesis and management. Indian J Dermatol Venereol Leprol. 2022;88(4):464–77.

Latapi, F., & Zamora, A. C. (1948). The "diffuse leprosy of Lucio": An undescribed entity in Mexico. International Journal of Leprosy, 16(4), 421–437.

Lucio Phenomenon with Concomitant Necrotizing Fasciitis and Acute Kidney Injury: A Case Report 3: Lucio Phenomenon: Sequelae of Neglected Leprosy

Malhotra, P., et al. (2020). Lucio phenomenon: A rare reaction in leprosy. Indian Dermatology Online Journal, 11(1), 68–71.

PERDOSKI. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin di Indonesia. Vol. 74, Journal of Organic Chemistry. Jakarta; 2017. 420 p.

Rea, T. H., & Jerskey, R. S. (2005). Lucio's phenomenon and diffuse lepromatous leprosy. International Journal of Leprosy, 73(3), 215–223.

Rodrigues, L. C., Lockwood, D. N., et al. (2017). Leprosy now: Epidemiology, trends, and challenges. Infectious Disease Clinics of North America, 31(2), 1–18.

Saputra AH, HaryonoA, Laksamana JA, Anshari,MH: preparasikoloidal nanosilver denagn berbagai jenis reduktor sebagai baghan antibakteri.Indonesian Journal of Material Sciencs,Vol 12 no 3 ,Juni 2011

Sharma, P., Kumar, A., Tuknayat, A., Thami, G. P., & Kundu, R. (2019). Lucio Phenomenon: A Rare Presentation of Hansen’s Disease. Journal of Clinical and Aesthetic Dermatology, 12(12), 35–38

Suvirya S, Pathania S, Malhotra KP, et al. A case of diffuse lepromatous leprosy with Lucio phenomenon. Qjm. 2020;113(2):138–9

Published

2025-06-07

How to Cite

Dwiana Savitri. (2025). Lucio Phenomenon pada Penyakit Hansen: Sebuah Kasus yang Terabaikan. Jurnal Ilmu Multidisiplin, 4(2), 458–467. https://doi.org/10.38035/jim.v4i2.902